Monday 29 June 2009

Ia Takkan Mengerti

Cinta ku yang sejak lama telah merasuki hatiku kini datang kembali saat diriku menelan kesendirian. Cintaku terhadap sesosok yang lembut dan selalu melindungiku setiap hari kemanapun aku menapakkan kaki, dan menungguku dengan setia saat ia tak bisa. Sosok yang selalu menjadi pijakkan langkahku.

Tanpa dirinya yang kukagumi itu, hari ini aku menderita. Terbukalah luka-luka lama yang dulu menarikku kepadanya, memulai perasaan hangat saat kudekat dengannya. Aku hampir tak sanggup lagi melangkah, namun dalam keramaian kota, sungguh tak mungkin bila aku menangis seorang diri. Aku hanya bisa menyesal telah meninggalkan dirinya tanpa pikir panjang, menyesal telah tergoda emosi sepintas yang datang entah darimana.

Aku terus berjalan dalam keramaian, bertahan dalam penderitaanku, menahan pedihnya luka yang kutanggung. Aku gelisah karena hati dan tubuhku ingin aku kembali ke sisinya, tapi otakku berkata sebaliknya. Masih banyak yang harus kulakukan, dan sudah terlambat bagiku untuk kembali kepadanya. Aku sadar itu benar. Maka aku jalani sisa hariku dengan harapan ia akan memaafkanku dan membiarkanku kembali ke dalam lindungannya.

Andai saja ia bisa mengerti saat aku mencurahkan isi hatiku kepadanya, andai saja ia bisa mengerti perasaanku, keadaanku, penyesalanku. Tapi sahabatku, ia tidak akan mengerti. Ia tak akan pernah bisa.

Karena, temanku, ia adalah.. kaus kakiku.

No comments:

Post a Comment